Rabu, 31 Agustus 2011

Pil Pahit

Manusia hanyalah makhluk dengan banyak kelemahan. Akupun demikian. Sekuat-kuatnya aku, ternyata aku hanyalah manusia rapuh yang bisa patah. Untuk beberapa saat  aku hanya bisa menangis dalam diam. Ternyata patah itu menyakitkan. Betapapun aku manahannya kuat-kuat, ternyata aku tak sanggup. Rasanya seperti menelan pil pahit, yang walaupun sudah ditelan namun rasa pahitnya masih tersangkut di tenggorokan. Masih ada tanda tanya besar di dalam hatiku, apa yang sebenarnya terjadi, kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga aku harus mengalami hal ini.
Beribu tanya, beribu jawaban, beribu alasan, beribu kata yang akhirnya tak berarti apa2. Kini aku terpelanting jauh entah kemana. Mataku menyiratkan kosong, bibirku menyuarakan sepi, pikiranku melayang tak tentu arah. Aku ingin berteriak di depanmu, namun aku tak sanggup berkata apa-apa. Hanya air mata yang mengiringi upacara pemakaman hatiku.
Terima kasih, telah memberikan pil pahit itu kepadaku.
Aku akan menelannya, seperti yang kau mau.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 2 3 4 5 6