Rabu, 07 September 2011

Anakku

Anakku....
Bila tiba saatnya, Ibu ingin engkau tau bahwa hari ini adalah hari yang paling Ibu tunggu (selain menjadi istri ayahmu tentunya). Sembilan bulan lamanya engkau bersemayam dibawah ulu hati Ibu. Mulanya Ibu merasakan ketidaknyamanan, perut Ibu mual, badan Ibu lemas tidak bertenaga. Saat itulah Ibu menyadari kehadiranmu. Betapa bahagianya Ibu, engkau akan menjadi penerus nafas dan darah Ibu.

Anakku....
Tiada hari terlewatkan tanpa doa dan harapan kelak engkau akan menjadi anak kebanggaan Ibu. Ibu berangan memakaikanmu rok berenda dan pita warna-warni, lalu menggandengmu menonton karnaval. Namun jika engkau lelaki, naiklah dipundak ayahmu yang kuat. Engkau adalah anugrah terindah yang telah memberi kami kedudukan yang sangat mulia, menjadi orang tua.

Anakku....
Sejak kehadiranmu dirahim Ibu, ayahmu jadi makin sibuk. Katanya itu semua demi mempersiapkan kelahiranmu. Ibu jadi merasa tidak enak hati jika sampai larut malam ayahmu masih saja bekerja. Pernah Ibu ingin makan kue terang bulan, padahal hari sudah larut. Akhirnya ayahmu rela menahan kantuk demi memenuhi permintaan Ibu, yang katanya adalah permintaanmu. Sering ayahmu terbangun dimalam hari, menenangkanmu jika engkau menendang-nendang perut Ibu dengan nakalnya. Sering juga ayahmu berlama-lama didekatmu, mencoba bercakap-cakap denganmu, walau terkadang ayahmu jadi terlambat berangkat bekerja. Tapi yang paling Ibu suka adalah saat ayahmu melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran guna mengenalkanmu sedini mungkin pada agama.

Anakku....
Ibu ingin engkau memahami bahwa amanah yang diberikan Tuhan kepada Ibu amatlah berat. Bantulah Ibu mengemban tugas mulia ini. Ibu akan berusaha membesarkanmu dengan penuh kasih, mendidikmu dengan penuh tanggung jawab, menjagamu dengan air mata dan darah. Jika suatu saat Ibu melakukan kesalahan dalam mengasuhmu, maafkanlah Ibu. Sungguh Ibu hanyalah manusia biasa.

Anakku....
Detik-detik kelahiranmu sangat Ibu nantikan. Selama itu Ibu akan lebih berhati-hati dalam bertindak agar engkau sehat selalu. Maafkan Ibu karena belum bisa membelikanmu box bayi. Nanti kita akan tidur bertiga, Ibu, engkau, dan ayah. Tapi Ibu telah menyiapkan sebuah kereta bayi agar engaku bisa lebih leluasa melihat dunia. Hingga saat itu tiba, tenang-tenanglah engkau dibawah ulu hati Ibu, berdegub sesuai degub jantung Ibu, bernafas sesuai hela nafas Ibu. Ibu turunkan padamu Anakku.... nyawa Ibu.

Inspired by my beloved friend...
take care your child.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 2 3 4 5 6